Isnin, 5 Disember 2011

Kisah Pemuda Berilmu

Assalamu'alaikum...

Ada seorang pemuda Arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di
Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah
berupa pendidikan agama Islam bahkan dia mampu mendalaminya. Selain
belajar, dia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, dia
berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab,
dengan harapan semoga Allah s.w.t. memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di
Amerika dan melintas dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung
tersebut. Temannya itu meminta agar dia turut masuk ke dalam gereja. Mula
mula dia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi
permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu
bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka.

Ketika paderi masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan
lantas kembali duduk. Di saat itu, si paderi agak terbeliak ketika melihat
kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang Muslim. Aku
harap dia keluar dari sini."

Pemuda Arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Paderi tersebut mengucapkan
perkataan itu berkali-kali, namun dia tetap tidak bergerak dari tempatnya.
Hingga akhirnya paderi itu berkata, "Aku minta dia keluar dari sini dan
aku menjamin keselamatannya." Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang paderi, "Bagaimana anda tahu
bahwa saya seorang Muslim?"

Paderi itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu."

Kemudian dia beranjak hendak keluar. Namun, paderi ingin memanfaatkan
keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya
untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda
Muslim itupun menerima tentangan debat tersebut.

Paderi berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda
harus menjawabnya dengan tepat."

Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silakan!"

Sang paderi pun mulai bertanya, "Sebutkan satu yang tiada duanya, dua yang
tiada tiganya, tiga yang tiada empatnya, empat yang tiada limanya, lima
yang tiada enamnya, enam yang tiada tujuhnya, tujuh yang tiada lapannya,
lapan yang tiada sembilannya, sembilan yang tiada sepuluhnya, sesuatu
yang tidak lebih dari sepuluh, sebelas yang tiada dua belasnya, dua belas
yang tiada tiga belasnya, tiga belas yang tiada empat belasnya."

"Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh! Apa yang
dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya? Siapakah yang berdusta
namun masuk ke dalam surga? Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun
Dia tidak menyukainya? Sebutkan sesuatu yang diciptakan tuhanmu dengan tanpa
ayah dan ibu!"

"Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diazab dengan api dan
siapakah yang terpelihara dari api? Siapakah yang tercipta dari batu,
siapakah yang diazab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?"
"Sebutkan sesuatu yang diciptakan tuhanmu dan dianggap besar! Pohon apakah
yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun
mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan
kepada Allah.

Setelah membaca Basmalah dia berkata,

-Satu yang tiada duanya ialah Allah s.w.t..

-Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah s.w.t. berfirman,
"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)."
(Al-Isra': 12).

-Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika
Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika
menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

-Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.

-Lima yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.

-Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah s.w.t.
menciptakan makhluk.

-Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah s.w.t.
berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).

-Lapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman.
Allah s.w.t. berfirman, "Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru
langit. Dan pada hari itu Lapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu
di atas (kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).

-Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi
Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin taufan, musim paceklik,
katak, darah, kutu dan belalang.*

-Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah s.w.t.
berfirman, "Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali
lipat." (Al-An'am: 160).

-Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf .

-Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu'jizat Nabi Musa yang terdapat
dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya,
lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu
memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).

-Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf
ditambah dengan ayah dan ibunya.

-Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu
Subuh. Allah s.w.t. ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai
menyingsing." (At-Takwir: 18).

-Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.

-Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara
Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami,
sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan
terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, " tak ada cercaan terhadap kamu
semua." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu
kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (Yusuf:98)

-Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai.
Allah s.w.t. berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara
keledai." (Luqman: 19).

-Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam,
Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.

-Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diazab dengan api
ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah
s.w.t. berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim."
(Al-Anbiya':69).

-Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diazab
dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah
Ashabul Kahfi (penghuni gua).

-Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya
wanita, sebagaimana firman Allah s.w.t.? "Sesungguhnya tipu daya kaum
wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).

-Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun,
setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran
matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah
Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam
hari dan Dua di siang hari.

Paderi dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda Muslim
tersebut. Kemudian dia pun mula hendak pergi. Namun dia mengurungkan
niatnya dan meminta kepada paderi agar menjawab satu pertanyaan saja.
Permintaan ini disetujui oleh paderi.

Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?" mendengar pertanyaan itu
lidah paderi menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya
pun berubah. Dia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak
berhasil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar
menjawab pertanyaan tersebut, namun dia cuba mengelak.

Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan
semuanya dia jawab, sementara dia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun
anda tidak mampu menjawabnya!"

Paderi tersebut berkata, "Sesungguh aku tahu jawapannya, namun aku takut
kalian marah."

Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda. "

Paderi pun berkata, "Jawapannya ialah: Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah."

Lantas paderi dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama
Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka
dengan Islam melalui tangan seorang pemuda Muslim yang bertakwa.**

Wallahuaklam..

Sabtu, 29 Oktober 2011

8 Pembohongan Ibu Kepada Aku

Memang sukar untuk org lain percaya, tapi itulah yang berlaku,
Ibu saya memang seorang pembohong! Sepanjang ingatan saya, sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya. Saya perlu catatkan segala pembohongan itu untuk menjadi renungan dan panduan anda semua. Ambillah iktibar daripadanya dan hayatilah sebaiknya kerana itulah ibuku!





01.PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA -

Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga yang miskin. Makan minum serba kekurangan. Kami sering kelaparan.

Ada kalanya selama beberapa hari kami terpaksa makan berlaukkan seekor ikan masin dikongsi 1 keluarga. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering saja merungut. Saya menangis mahukan nasi dan lauk yang banyak. Tapi mak cepat memujuk.

Ketika makan, mak sering memberikan bahagian nasinya untuk saya.

Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, mak berkata: "Makanlah nak, mak tak lapar.".



02.PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA - Ketika saya mulai besar, mak yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di tali air berhampiran rumah. Mak berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk pembesaran kami adik-beradik.

Pulang memancing, mak memasak gulai ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu saya memakan gulai ikan itu, mak duduk di samping kami dan memakan sisa daging ikan yang menempel di tulang daripada bekas sisa ikan yang saya makan tadi.

Saya sedih melihat mak seperti itu.

Hati saya tersentuh, lalu dengan menggunakan sudu, saya memberikan ikan itu kepada mak. Tetapi mak dengan cepat menolaknya. Mak berkata: "Makanlah nak, mak tak suka makan ikan."



03.PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA - Di usia awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Mak pergi ke kedai dengan membawa sejumlah penyapu lidi dan kuih-muih untuk menyara persekolahan saya, abang dan kakak.

Suatu dinihari, lebih kurang 1.30 pagi, saya terjaga dari tidur. Saya melihat mak sedang membuat kuih bertemankan sebuah pelita di hadapannya. Beberapa kali saya lihat kepala mak terhangguk kerana terlalu mengantuk.

Saya berkata: "Mak, tidurlah, esok pagi mak kena pergi kebun pula." Mak tersenyum dan berkata: "Cepatlah tidur nak, mak belum mengantuk lagi."



04.PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT - Di hujung musim persekolahan, mak meminta cuti kerja supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk menduduki peperiksaan penting. Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, mak terus sabar menunggu saya di luar dewan.

Mak sering kali saja tersenyum dan mulutnya terkumat-kamit berdoa kepada Ilahi agar saya lulus ujian peperiksaan ini dengan cemerlang.

Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, mak dengan segera menyambut saya dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya.

Kopi yang kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang mak yang jauh lebih kental.Melihat tubuh mak yang dibasahi peluh, saya segera memberikan cawan saya itu untuk mak dan menyuruhnya minum.

Tapi mak cepat-cepat menolaknya dan berkata: "Minumlah nak, mak tak haus."



05.PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA - Setelah pemergian ayah kerana sakit, iaitu selepas adik saya baru beberapa bulan dilahirkan, maklah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga. Mak bekerja mengambil upah di kebun, membuat penyapu lidi dan berjual kuih-muih agar kami tidak kelaparan.

Tapi apalah sangat kudrat seorang ibu. Kehidupan keluarga kami semakin susah dan susah. Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, seorang pakcik yang baik hati dan tinggal berjiran dengan kami, datang membantu mak.

Anehnya, mak menolak bantuan itu.

Jiran-jiran sering menasihati mak supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang akan menjaga mak dan mencarikan wang untuk kami sekeluarga. Tetapi mak yang memang keras hatinya tidak mengendahkan nasihat mereka.

Mak berkata: "Saya tidak perlukan cinta, saya tidak perlukan lelaki."



06.PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM - Setelah kakak dan abang habis belajar dan mulai bekerja, mak sudah pun tua. Kakak dan abang menyuruh mak supaya berehat saja di rumah. Tidak payahlah lagi bersusah payah dan bersengkang mata untuk mencari duit, tetapi mak tidak mahu.
Mak rela pergi pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi kekperluan hidupnya.
Kakak dan abang yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan wang untuk membantu memenuhi keperluan mak, pun begitu mak tetap berkeras tidak mahu menerima wang tersebut.
Malahan mak mengirim balik wang itu, dan mak berkata: "Jangan susah-susah, mak ada duit."



07.PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH - Setelah tamat pengajian di universiti, saya melanjutkan pelajaran ke peringkat sarjana di luar negara.Pengajian saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah syarikat besar.Sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang, kemudian saya pun bekerja dengan syarikat yang telah membiayai pengajian saya, juga di luar negara.Dengan gaji yang agak lumayan, saya berhajat membawa mak untuk menikmati penghujung hidupnya di luar negara.

Pada pandangan saya, mak sudah puas bersusah payah untuk kami. Hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan, eloklah kalau hari-hari tuanya ini mak habiskan dengan keceriaan dan keindahan pula. Tetapi ibu yang baik hati, menolak ajakan saya.

Mak tidak mahu menyusahkan anaknya ini dengan berkata: "Tak payahlah, mak tak biasa tinggal di negara orang."



08.PEMBOHONGAN IBU YANG KELAPAN - Beberapa tahun berlalu, mak semakin tua. Suatu malam saya menerima berita mak diserang penyakit kanser.Mak mesti dibedah secepat mungkin. Saya menjenguk ibunda tercinta.Saya melihat mak terbaring lemah di katil hospital setelah menjalani pembedahan.

Mak yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh kerinduan. Mak menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun agak kaku kerana terpakas menahan sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya. Saya dapat melihat dengan jelas betapa penyakit itu telah memamah tubuh ibu sehingga mak menjadi terlalu lemah dan kurus.

Saya menatap wajah mak sambil berlinangan air mata.Saya cium tangan mak, kemudian saya kucup pula pipi dan dahinya. Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat mak dalam keadaan seperti ini.

Tetapi mak tetap tersenyum dan berkata-kata: "Jangan menangis nak, mak tak sakit."

Setelah mengucapkan pembohongan yang kelapan itu, ibunda tercinta menutup matanya untuk kali terakhir kali.

Anda bertuah kerana masih mempunyai ibu dan ayah. Anda boleh memeluk dan menciumnya. Kalau ibu anda jauh dari mata, anda boleh menelefonnya sekarang, dan berkata:

MAK, SAYA SAYANGKAN MAK!

Tapi tidak saya. Sehingga kini saya diburu rasa bersalah yang amat sangat kerana biarpun mengasihi mak lebih dari segala-galanya, tapi tidak pernah sekalipun saya membisikkan kata-kata itu ke telinga mak, sampailah saat mak menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Surat Abang Kepada Adik Tersayang

             Mengisahkan kisah seorang adik yg selalu tulis surat kat abang dia..Dan dia xtau pon abg dia balas surat tu….hmmm..;(

Aku ada abg..Dah lama berpisah..Tapi aku selalu utus surat kat die yg kat kampong..Satu pon x berbalas..

2 Tahun lepas..Aku menikah tanpa izin abang..Sebab puas aku cari tapi x jumpa dia..Sepanj…ang perkahwinan aku..Aku x tenang..

Cuti sekolah yang lepas..Aku ajak suami aku balik kampong..Aku nak bersihkan rumah pusaka makl dan ayah.. Semasa membersih rumah using tu..Aku tersapu surat yang aku kirimkanpada abangku 2 tahun yang lalu..Sebelum aku menikah…suratnya macam ni..

“Khas buat abangku,

Abg, ko ingat lagi x..

Mak ngan ayah meninggal mase aku Darjah 5..ko plak Tingkatan 5.., Masa tu diorang eksiden sebab nak beli kek befday aku sebab aku baling semua perhiasan kat umah kite, sampai mak terpaksa pegi beli ngan ayah..Tapi aku hairan mase tu, ada satu bekas kaca yg aku pecahkan..tbe2 banyak air keluar..Tapi ko cepat2 lap lantai umah kite..Tapi aku x amik kisah pon sal hal tu..

Sebelum pegi, diorang cium kita berdua. Diorang cakap

“ Abg, ko jaga adik. Jangan bagi nangis. Kalo mak dah xde, ko jangan tinggal die. Ingat sket mak ngan ayah ko ni..Jangan sesekali biar die sorang-sorang “

Ko ingat x..

Sebelum diorang pegi beli kek, ko balik dari sekolah, ko belikan aku pengikat rambut warna biru, sebab ko ske warna biru kan..Tapi aku campak kat longkang belakang umah kite, Sebab aku suke warna pink. Lepas kejadian tu..ko x penah ucap bufday kat aku lagi..Sampai sekarang..

Abg, ko ingat x..

Kita hidup 2 orang je lepas tu, ko x sekolah lagi..Ko pegi mana pon aku xtau..Tapi malam malam baru ko balik dan xpernah cakap ngan aku, Ingat tak, aku masak untuk ko, Tapi ko xmakan pon..Last2 pagi esok aku nampak ayam2 yg makan.Ko x penah ucap terima kasih kat aku.

Abg, ko ingat x..

Pernah sekali aku mintak duit nak pegi sekolah, Tapi time tu ko tengah tido..Aku amik Dua riggit dalam poket jeans ko..Masa balik sekolah, ko lempang aku sampai mulut aku darah. Tapi ko x pujuk aku balik pon..Tapi keesokannya,nasib baik luka tu dah elok..

Abg, ko ingat x..

Semasa umur aku 18 tahun..ko hantar aku kat Kuala Lumpur, umah Pak Long..ko cakap ko ada hal..Tapi sampai sekarang ko x datang amik aku..Berpuluh surat aku titipkan bersama airmata aku pada kau..Kenapa tiada sebarang balasan..Kenapa abg??

Sekarang umur aku dah mencecah 26 tahun, dan umur ko dah pon 32 tahun, aku sudah pon disunting orang..Ketika hajat untuk menikah aku sampaikan surat lagi pada engkau..Kenapa kau diam je? Kenapa ko x cakap apa2? Aku perlu izinmu sebagai wali aku..

Abg,

Jika kau dapat surat ni..Katakanlah pada aku..Ada apa sebenarnya yg sedang berlaku..

Salam sayang,

Adik.”

Aku mula terasa yg teringin nak selongkar rumah pusaka ni…Yelah.. Nak balik jarang sangat..

Masa aku buka balik almari aku yang buruk yang dah kena makan anai2..Tibe ada satu kotak besar jatuh and banyak kotak2 kecik serta sampul2 surat..

Dan tiba2 aku terpandang satu surat yang cantik sangat…dan aku buka…

“Assalamualaikum..

Kehadapan adikku yang jauh di mata ..

Maafkan abg kerana tidak membalas satu pon surat yang engkau kirimkan..Kerana aku tidak berdaya sayang..

Aku masih ingat detik kemalangan mak dan ayah kita..Iye, kau pecahkan perhiasan rumah..Tahukah kau salah satu perhiasan di situ adalah hadiah untukmu?? Mesti kau tidak perasan..Yang pecah itu adalah sebuah balang ikan emas yg telah aku, ayah dan mak belikan untuk kau..Tahukah kau ayah masih berhutang dengan apek yg jual ikan tu di pekan..

Adikku sayang..

Aku tau kau tak suka warna biru..Tapi aku beli pengikat rambut itu untuk kau..Supaya kau akan ingatkan aku sentiasa bila kau pakai pengikat rambut itu..Walaupon kau dah campakkan pengikat rambaut tu..Aku dah ambil balik, dan basuh..dan telah aku letakkan dalam sebuah kotak kecil di rumah kita..Nanti kau ambil ya..

Adikku sayang..

Jangan lah kau bersedih kerana aku sudah tidak ucapkan lagi tanggal hari jadi mu..Kau pon sudah lupa ya..Pada tarikh itulah kedua orang tua kita meninggal..Aku tak sanggup melihat tangisan engkau bila aku ucapkannya..Aku harap kau mengerti..

Adikku sayang..

Tahukah kau kenapa aku hanya balik bila malam saja..Kerana aku bekerja di pekan..Mengangkat guni2 untuk letak dalam lori..Untuk menyara engkau..Untuk membeli buku sekolah engkau, makan kau, baju-baju engkau dan semua persiapan kau..Kerana masa itu,..Kau sangat terkenal dengan kecantikan kau, Ramai yg memuji..Aku harus sediakan perhiasan untuk kau..Supaya kau tidak rasa malu..Aku tidak pulang siang hari kerana aku takut jika engkau dicerca kerana abangmu yg kelihatan seperti pengemis ini..

Adikku sayang,

siapa cakap yg aku tidak menjamah masakan kau..Aku akan makan masakan itu sebelum subuh..Sebab aku perlukan tenaga untuk siang hari, dan aku makan semasa engkau tidur..Supaya jari-jarimu tidak tercedera dan kasar semasa basuh pinggan dan matamu tidak bengkak kerana menemani aku makan..

Adikku sayang,

aku malu untuk ucapkan terima kasih..Kerana engkau banyak berkorban untukku..Kau menyediakan makanku dan segalanya..Adakah ucapan itu cukup untuk membayar semuanya?? Jika aku ucapkan terima kasih..Biarlah aku ucapkan di akhir hayatku..Kerana terima kasihku untukmu adalah ntuk semua yg kau lakukan semasa hidupku..

Adikku sayang,

Maafkan aku kerana aku memukulmu..Tahukah kau mencuri dan mengambil barang tanpa kebenaran adalah berdosa? Aku tidak sanggup untuk mengherdik kau lalu aku putuskan untuk memberi pengajaran yg akan kau ingat sampai bila-bila..Betulkan..selepas kejadian itu..Kau sudah tidak mengambil barang orang lain sesuka hati kan?? Itu tandanya perbuatanku tidak sia sia kerana aku dapat mendidikmu..Dan tahukah kau aku berhempas pulas menyapu minyak dibibirmu pada malam itu ketika kau tidur?Aku keluar mencari pucuk jambu batu dan menggilingnya sehingga batu lesung itu turut menggiling tangan aku..Sakit yang amat sangat..Tapi aku tetap teruskan dan Alhamdulillah..aku Berjaya mencuci kesan minyak dan ubat itu sebelum kau bangun..Aku tidak mau bengkak itu mencacatkan wajahmu yang cantik itu..

Adikku sayang..

Maafkan aku kerana terpaksa memisahkan kau dari aku, sebenarnya..aku menghantar kau kerana aku jatuh sakit ketika itu..Mungkin kerana ketika aku bekerja kontrak di tempat pembinaan menyebabkan aku sangat terdedah pada debu dan simen..Aku terjatuh semasa kerja dan dikejarkan ke hospital..Doktor mengesahkan aku menghidapi barah peparu dimana badan ku tidak berupaya untuk memikul barang yg berat, serta pernafasan aku sudah tak selancar dulu..Patutlah aku selalu batuk batuk, sesak nafas dan pandanganku yg makin kabur..Aku terpaksa dirawat dihospital walaupon doktor menjangkakan aku xkan bertahan lama..

Sayangku..

Aku titipkan surat ni di rumah pusaka, ketika ini aku di hospital..Jika suatu hari nanti engkau pulang ke rumah kita..Bacalah semua surat2 dan bukalah semua hadiah yg aku belikan setiap tahun lebih kurang 9 tahun dahulu..Dan maafkan aku jika tidak dapat sediakan hadiah untukmu pada tahun ini..

Adikku sayang..

Mungkin tika kau membaca surat ini..Aku sudah pon tiada..Jangan kau bersedih..Di sini ada beberapa perkara yang ingin aku katakan..

Untuk menyapu rumah kita ketika aku pulang dengan pakaian dan kotor serta debu, TERIMA KASIH.

Untuk mengelap setiap barang yg aku sentuh supaya sentiasa bersih dan tiada kuman, TERIMA KASIH.

Untuk membasuh pakaianku yg busuk dengan peluh ku, TERIMA KASIH.

Untuk melemparkan senyuman dan salaman ketika aku pulang dr kerja, TERIMA KASIH.

Untuk memasak lauk kegemaranku yg kau sangka aku tidak suka, TERIMA KASIH.

Untuk mengingatiku dan menulis surat yg tidak bisa aku balas, TERIMA KASIH.

Untuk menjadi adik yang sangat aku sayangi, TERIMA KASIH.

Untuk segalanya yang kita tempuhi, suka mahupon duka, TERIMA KASIH.

Adikku sayang..

sekiranya engkau disunting seseorang..Biarkan pakcik kita menjadi walimu..Kerana aku mungkin sudah tiada..

Bahagiakanlah dirimu..Kerana itu yg aku mahukan..Jagalah suamimu dan jangan kau ingkarinya..

Salam sayang sedalam-dalamnya,

Abang.”

Di rumah pusaka itu..Aku termenung bersama jernihan airmata yg mengalir..Lantas..Aku buka satu persatu hadiah yang dikatakan..

Semuanya berwarna pink..Dan semuanya di tulis nama aku dengan tulisan yg sangat indah..Ya Allah…Aku meraung sambil menatap hadiah itu..

Ya Allah..dimanakah dapat ku cari insan semulia abangku




Jangan lupa untuk tekan butang share selepas anda baca

Jumaat, 19 Ogos 2011

MANA MAK??


Jam 6.30 petang.

Mak berdiri di depan pintu. Wajah Mak kelihatan resah. Mak tunggu adik bungsu balik dari sekolah agama.

Ayah baru balik dari sawah.

Ayah tanya Mak, “Along mana?’

Mak jawab, “Ada di dapur tolong siapkan makan.”

Ayah tanya Mak lagi,” Angah mana?”

Mak jawab, “Angah mandi, baru balik main bola.”

Ayah tanya Mak, “Ateh mana?”

Mak jawab, “Ateh, Kak Cik tengok tv dengan Alang di dalam?”

Ayah tanya lagi, “Adik dah balik?”

Mak jawab, “Belum. Patutnya dah balik. Basikal adik rosak kot. Kejap lagi kalau tak balik juga jom kita pergi cari Adik.”

Mak jawab soalan ayah penuh yakin. Tiap-tiap hari ayah tanya soalan yang sama. Mak jawab penuh perhatian. Mak ambil berat di mana anak-anak Mak dan bagaimana keadaan anak-anak Mak setiap masa dan setiap ketika.


Dua puluh tahun kemudian

Jam 6.30 petang

Ayah balik ke rumah. Baju ayah basah. Hujan turun sejak tengahari.

Ayah tanya Along, “Mana Mak?”

Along sedang membelek-belek baju barunya. Along jawab, “Tak tahu.”

Ayah tanya Angah, “Mana Mak?”

Angah menonton tv. Angah jawab, “Mana Angah tahu.”

Ayah tanya Ateh, “Mana Mak?”


Ayah menunggu lama jawapan dari Ateh yang asyik membaca majalah.


Ayah tanya Ateh lagi, "Mana Mak?"


Ateh menjawab, “Entah.”


Ateh terus membaca majalah tanpa menoleh kepada Ayah.

Ayah tanya Alang, “Mana Mak?”

Alang tidak jawab. Alang hanya mengoncang bahu tanda tidak tahu.

Ayah tidak mahu tanya Kak Cik dan Adik yang sedang melayan facebook. Ayah tahu yang Ayah tidak akan dapat jawapan yang ayah mahu.

Tidak ada siapa tahu di mana Mak. Tidak ada siapa merasa ingin tahu di mana Mak. Mata dan hati anak-anak Mak tidak pada Mak. Hanya mata dan hati Ayah yang mencari-cari di mana Mak.

Tidak ada anak-anak Mak yang tahu setiap kali ayah bertanya, "Mana Mak?"

Tiba-tiba adik bungsu bersuara, “Mak ni dah senja-senja pun merayap lagi. Tak reti nak balik!!”

Tersentap hati Ayah mendengar kata-kata Adik.

Dulu anak-anak Mak akan berlari mendakap Mak apabila balik dari sekolah. Mereka akan tanya "Mana Mak?" apabila Mak tidak menunggu mereka di depan pintu.

Mereka akan tanya, "Mana Mak." Apabila dapat nomor 1 atau kaki melecet main bola di padang sekolah. Mak resah apabila anak-anak Mak lambat balik. Mak mahu tahu di mana semua anak-anaknya berada setiap waktu dan setiap ketika.


Sekarang anak-anak sudah besar. Sudah lama anak-anak Mak tidak bertanya 'Mana Mak?"

Semakin anak-anak Mak besar, soalan "Mana Mak?" semakin hilang dari bibir anak-anak Mak .

Ayah berdiri di depan pintu menunggu Mak. Ayah resah menunggu Mak kerana sudah senja sebegini Mak masih belum balik. Ayah risau kerana sejak akhir-akhir ini Mak selalu mengadu sakit lutut.

Dari jauh kelihatan sosok Mak berjalan memakai payung yang sudah uzur. Besi-besi payung tercacak keluar dari kainnya. Hujan masih belum berhenti. Mak menjinjit dua bungkusan plastik. Sudah kebiasaan bagi Mak, Mak akan bawa sesuatu untuk anak-anak Mak apabila pulang dari berjalan.

Sampai di halaman rumah Mak berhenti di depan deretan kereta anak-anak Mak. Mak buangkan daun-daun yang mengotori kereta anak-anak Mak. Mak usap bahagian depan kereta Ateh perlahan-lahan. Mak rasakan seperti mengusap kepala Ateh waktu Ateh kecil. Mak senyum. Kedua bibir Mak diketap repat. Senyum tertahan, hanya Ayah yang faham. Sekarang Mak tidak dapat lagi merasa mengusap kepala anak-anak seperti masa anak-anak Mak kecil dulu. Mereka sudah besar. Mak takut anak Mak akan menepis tangan Mak kalau Mak lakukannya.

Lima buah kereta milik anak-anak Mak berdiri megah. Kereta Ateh paling gah. Mak tidak tahu pun apa kehebatan kereta Ateh itu. Mak cuma suka warnanya. Kereta warna merah bata, warna kesukaan Mak. Mak belum merasa naik kereta anak Mak yang ini.

Baju mak basah kena hujan. Ayah tutupkan payung mak. Mak bagi salam. Salam Mak tidak berjawab. Terketar-ketar lutut Mak melangkah anak tangga. Ayah pimpin Mak masuk ke rumah. Lutut Mak sakit lagi.

Mak letakkan bungkusan di atas meja. Sebungkus rebung dan sebungkus kueh koci pemberian Mak Uda untuk anak-anak Mak. Mak Uda tahu anak-anak Mak suka makan kueh koci dan Mak malu untuk meminta untuk bawa balik. Namun raut wajah Mak sudah cukup membuat Mak Uda faham.

Semasa menerima bungkusan kueh koci dari Mak Uda tadi, Mak sempat berkata kepada Mak Uda, "Wah berebutlah budak-budak tu nanti nampak kueh koci kamu ni."

Sekurang-kurangnya itulah bayangan Mak. Mak bayangkan anak-anak Mak sedang gembira menikmati kueh koci sebagimana masa anak-anak Mak kecil dulu. Mereka berebut dan Mak jadi hakim pembuat keputusan muktamat. Sering kali Mak akan beri bahagian Mak supaya anak-anak Mak puas makan. Bayangan itu sering singgah di kepala Mak.

Ayah suruh Mak tukar baju yang basah itu. Mak akur.

Selepas Mak tukar baju, Ayah iring Mak ke dapur. Mak ajak anak-anak Mak makan kueh koci. Tidak seorang pun yang menoleh kepada Mak. Mata dan hati anak-anak Mak sudah bukan pada Mak lagi.

Mak hanya tunduk, akur dengan keadaan.

Ayah tahu Mak sudah tidak boleh mengharapkan anak-anak melompat-lompat gembira dan berlari mendakapnya seperti dulu.

Ayah temankan Mak makan. Mak menyuap nasi perlahan-lahan, masih mengharapkan anak-anak Mak akan makan bersama. Setiap hari Mak berharap begitu. Hanya Ayah yang duduk bersama Mak di meja makan setiap malam.

Ayah tahu Mak penat sebab berjalan jauh. Siang tadi Mak pergi ke rumah Mak Uda di kampung seberang untuk mencari rebung. Mak hendak masak rebung masak lemak cili api dengan ikan masin kesukaan anak-anak Mak.

Ayah tanya Mak kenapa Mak tidak telepon suruh anak-anak jemput. Mak jawab, "Saya dah suruh Uda telepon budak-budak ni tadi. Tapi Uda kata semua tak berangkat."

Mak minta Mak Uda telepon anak-anak yang Mak tidak boleh berjalan balik sebab hujan. Lutut Mak akan sakit kalau sejuk. Ada sedikit harapan di hati Mak agar salah seorang anak Mak akan menjemput Mak dengan kereta. Mak teringin kalau Ateh yang datang menjemput Mak dengan kereta barunya. Tidak ada siapa yang datang jemput Mak.

Mak tahu anak-anak mak tidak sedar telepon berbunyi. Mak ingat kata-kata ayah, “Kita tak usah susahkan anak-anak. Selagi kita mampu kita buat saja sendiri apa-apa pun. Mereka ada kehidupan masing-masing. Tak payah sedih-sedih. Maafkan sajalah anak-anak kita. Tak apalah kalau tak merasa menaiki kereta mereka sekarang. Nanti kalau kita mati kita masih ada peluang merasa anak-anak mengangkat kita kat bahu mereka.”

Mak faham buah hati Mak semua sudah besar. Along dan Angah sudah beristeri. Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik masing-masing sudah punya buah hati sendiri yang sudah mengambil tempat Mak di hati anak-anak Mak.

Pada suapan terakhir, setitik air mata Mak jatuh ke pinggan.

Kueh koci masih belum diusik oleh anak-anak Mak.


Beberapa tahun kemudian

Mak Uda tanya Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik, “Mana mak?”.

Hanya Adik yang jawab, “Mak dah tak ada.”

Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik tidak sempat melihat Mak waktu Mak sakit.

Kini Mak sudah berada di sisi Tuhannya bukan di sisi anak-anak Mak lagi.

Dalam isakan tangis, Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik menerpa kubur Mak. Hanya batu nisan yang berdiri terpacak. Batu nisan Mak tidak boleh bersuara. Batu nisan tidak ada tangan macam tangan Mak yang selalu memeluk erat anak-anaknya apabila anak-anak datang menerpa Mak semasa anak-anak Mak kecil dulu.

Mak pergi semasa Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik berada jauh di bandar. Kata Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik mereka tidak dengar handphone berbunyi semasa ayah telepon untuk beritahu mak sakit tenat.

Mak faham, mata dan telinga anak-anak Mak adalah untuk orang lain bukan untuk Mak.

Hati anak-anak Mak bukan milik Mak lagi. Hanya hati Mak yang tidak pernah diberikan kepada sesiapa, hanya untuk anak-anak Mak..

Mak tidak sempat merasa diangkat di atas bahu anak-anak Mak. Hanya bahu ayah yang sempat mengangkat jenazah Mak dalam hujan renyai.

Ayah sedih sebab tiada lagi suara Mak yang akan menjawab soalan Ayah,

"Mana Along?" , "Mana Angah?", "Mana Ateh?", "Mana Alang?", "Mana Kak Cik?" atau "Mana Adik?". Hanya Mak saja yang rajin menjawab soalan ayah itu dan jawapan Mak memang tidak pernah silap. Mak sentiasa yakin dengan jawapannya sebab mak ambil tahu di mana anak-anaknya berada pada setiap waktu dan setiap ketika. Anak-anak Mak sentiasa di hati Mak tetapi hati anak-anak Mak ada orang lain yang mengisinya.

Ayah sedih. Di tepi kubur Mak, Ayah bermonolog sendiri, "Mulai hari ini tidak perlu bertanya lagi kepada Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik , "Mana mak?" "


Kereta merah Ateh bergerak perlahan membawa Ayah pulang. Along, Angah, Alang dan Adik mengikut dari belakang. Hati ayah hancur teringat hajat Mak untuk naik kereta merah Ateh tidak kesampaian. Ayah terbayang kata-kata Mak malam itu, "Cantiknya kereta Ateh, kan Bang? Besok-besok Ateh bawalah kita jalan-jalan kat Kuala Lumpur tu. Saya akan buat kueh koci buat bekal."


"Ayah, ayah....bangun." Suara Ateh memanggil ayah. Ayah pengsan sewaktu turun dari kereta Ateh..


Terketar-ketar ayah bersuara, "Mana Mak?"


Ayah tidak mampu berhenti menanya soalan itu. Sudah 10 tahun Mak pergi namun soalan "Mana Mak?" masih sering keluar dari mulut Ayah sehingga ke akhir usia.

Sebuah cerita pendek buat tatapan anak-anak yang kadang-kadang lupa persaan ibu. Kata orang hidup seorang ibu waktu muda dilambung resah, apabila tua dilambung rasa. Kata Rasulullah saw. ibu 3 kali lebih utama dari ayah. Bayangkanlah berapa kali ibu lebih utama dari isteri, pekerjaan dan anak-anak sebenarnya. Solat sunat pun Allah suruh berhenti apabila ibu memanggil. Berapa kerapkah kita membiarkan deringan telepon panggilan dari ibu tanpa berjawab?

Isnin, 4 April 2011

Jodoh Dari Allah

Pada suatu hari, Saya bertanya kepada emak, "Mak mcner nak pilih pilihan hati yg betul, orang yang sayangkan kita atau yang kita sayang? "Mak jawab, "dua-dua bukan.." Saya tercengang..Mak mengukir senyuman.

"Pilihan hati mak adalah yang sayangkan kita kerana Allah.." Saya menarik nafas dalam-dalam."Macam mana nak tau orang tu sayang kita kerana apa?" Mak diam sekejap berfikir dan kemudian tersenyum.

Rasanya mak dapat menduga apa yang sedang bermain dalam hati anak lelakinya. Mana mungkin saya mampu menyorokkan rahsia hati dari mak sedangkan sekilas saya pun mak mampu membacanya."Yang paling tahu hanya Allah.." mak merenung dalam-dalam wajah anaknya.

"Kerana hanya Allah mampu membaca hati hambaNya.. " mak menyusun ayat-ayatnya."Dan keikhlasan kerana Allah itu akan terserlah keberkatannya tanpa perlu sengaja ditonjolkan oleh seseorang tu.."

Saya memintas, "Tak faham.."Mak menyambung "Cinta di dalam jalan Allah.. Bertemu kerana sama-sama mencari redha Allah.." Mak menyambung lagi,"begini, setiap insan yang bergelar manusia telah Allah ciptakan berpasang-pasangan. Rasa ingin dikasihi antara seorang suami dan isteri suatu fitrah. Automatik boleh ada daya tarikan magnet tu.."

Wajah saya merah, sedikit cemas jika mak dapat mengesan gelora jiwa muda ini.. Mak menyambung "Setiap manusia telah Allah tetapkan rezeki,jodoh dan maut sejak azali lagi..

Persoalannya ialah.. Siapakah jodohnya itu?" mak berhenti seketika.Saya tunduk malu, cuba menyorokkan rasa panas di pipi.Emak buat-buat tidak nampak. 

"Abg, mak dulu masa remaja ada secret admire.. Rajin betul dia hantar surat ..Masa tu mak dah tahu yang bercinta sebelum kahwin ni tak halal..Dan masa tu mak tekad tak mahu layan sebab mak takut arwah tokwan kena seksa dalam kubur.. Mak sedar mak anak yatim, anak orang miskin, adik beradik ramai.. Mak nak belajar sungguh-sungguh. .lama budak tu tunggu mak..Akhirnya mak bagi kata putus, mak hanya akan membalas cinta dia jika dia sah suami mak..

Dan dia memang bukan jodoh mak, maka tak pernah dia menerima balasan cinta tu." Mak merenung jauh.Saya merapatkan badan kepada emak, semakin berminat dengan kisah lama mak..

"Mak memang tak ada perasaan langsung pada dia ke?" saya menyoal sambil memandang tajam wajah mak. Emak ketawa kecil."Walaupun mungkin ada, mak tak pernah bagi peluang pada diri mak untuk mengisytiharkan perasaan tu..Mak takut pada Allah.

Mak bukan seperti rakan sebaya mak yang lain.."Mak, seperti Abang.." mak memandang saya sambil merebung wajah saya, kemudian tangannya mengusap rambut di kepala saya.

"Mak anak ustaz ustazah.. Tapi zaman tu ustaz ustazah nya masih berkebaya pendek dan ketat. Tok wan mak kiyai. Mungkin berkat doa keturunan sebelum ni yang soleh-soleh, hati mak tertarik sangat pada agama walaupun tiada sesiapa yang mendorong.. Bila di sekolah, mak pelajar pertama yang bertudung.. Mak membawa imej agama. Kawan-kawan dan cikgu-cikgu panggil mak dengan gelaran mak Aji.. Sebab zaman tu hujung 70an dan awal 80an tak ramai lagi yang bertudung betul menutup auratnya..Zaman tudung nipis dan nampak jambul. Kemudian kawan-kawan mak sikit-sikit ikut bertudung.

Akhirnya kami semua dipanggil di perhimpunan. Kami dimarah guru besar kerana bertudung sedangkan ustazah kami bertudung tapi nampak jambulnya.."emak melemparkan pandangan ke lantai. "Selepas tu ustazah jumpa kami secara persendirian. Ustazah kata dia tak mampu nak pakai seperti kami. Dia suruh kami teruskan.." sambung emak.

Ada getar di hujung suara emak. Kisah silam perjuangan emak di sekolah dahulu sikit-sikit emak ceritakan pada saya. Itulah juga salah satu inspirasi kepada saya untuk bangkit semula setiap kali terjatuh ketika berjuang di sekolah dulu. 

"Mungkin kerana personaliti mak, mak menjadi tempat rujukan kawan-kawan mak.. Jadi, bila mak nak ambil sesuatu tindakan, mak kena fikir betul-betul sama da tindakan mak  tu akan menyebabkan Allah marah atau tidak. Mak ayah berdosa tak? Dan maruah pembawa agama terjejas tak? Kalau mak membalas cinta si lelaki tadi, bermakna mak sedang menconteng arang di muka-muka pembawa-pembawa agama. Orang akan pandang serong terhadap orang yang bertudung sedangkan kesilapan tu hanya seorang dua yang buat. Besar fitnah akan timbul apabila orang-orang agama mengambil ringan batas syariat duhai anak.." mak menelan air liurnya. Saya diam. 

Fikiran saya sedang cuba memahami maksud mak saya.


Adakah ia suatu diskriminasi?


"Abang.. Jatuh cinta perkara biasa. Apabila kita 

jatuh cinta pada seseorang, itu tandanya ada 

sesuatu keistimewaan pada seseorang tu.

Apatah lagi orang yang kita jatuh cinta tu di atas 

jalan dakwah ni..Tetapi kita kena ingat.. Kita tak 

akan dikahwinkan dengan seseorang atas sebab jatuh 

cinta atau saling cinta mencintai.. Bercouple 

mungkin.. Tetapi bukan berkahwin... Kerana kita 

berkahwin dengan jodoh kita, jodoh yang Allah dah 

tetapkan sejak azali.. Dan tak mustahil orang yang 

kita paling benci itulah jodoh kita yang kita akan 

dikahwinkan dengannya.."


Tiba-tiba air mata saya mengalir. Argh!!! Ego lelaki ku

kalah bila mendengar hujah emak. Emak meneruskan,


"Allah itu Maha Adil.. Dia tak pernah menzalimi 

hambaNya..Sesungguh nya, yang selalu menzalimi 

hambaNya ialah diri hamba tu sendiri.. Sebabnya 

hamba tu degil. Dia mahukan yang bukan haknya, yang 

bukan milik dia.


Mencintai seseorang tidak semestinya memilikinya.


Dalam Islam, kita dah diajar untuk saling mencintai 

antara satu sama lain seperti diri sendiri.. Jadi 

apabila kita mencintai saudara perempuan, kita 

bebas peluk dia. Tetapi bila dengan lelaki, kita 

ada batas-batasnya.


Orang kafir kata batas-batas ini suatu 

diskriminasi, tetapi sebenarnya batas-batas syariat 

itulah yang memelihara kehormatan seorang lelaki 

dan seorang perempuan. Cuba abang renungkan, kita 

mengenali seorang insan yang amat baik, sempurna 

agamanya dan rajin. Lalu kita jatuh hati padanya. 

Ditakdirkan jodohnya dengan insan lain, kita pula 

dengan yang lain..


Tetapi itu tidak bermakna ukhwah antara kita dan 

dia terputus.. Kita dan dia sama-sama mencari redha 

Allah.. Kita dan dia masih boleh sama-sama 

bekerjasama untuk mencari redha Allah.. 

Perbezaannya, dia halal untuk isterinya sedangkan 

untuk kita, dia tetap lelaki ajnabi seperti yang 

awalnya." emak berhenti seketika.. Bukan luar 

biasa...


Tentu kering tekak emak menerangkan kepada saya 

persoalan hati ini.


"Abang.. jadi di sini mak nak abang faham, jatuh 

cinta bukan perkara luar biasa..Dan berkahwin pun 

bukan suatu jaminan untuk tak jatuh cinta pada 

lelaki lain.. Kerana itulah ramai isteri yang 

curang, suami yang curang..


Ada orang tukar pasangan macam tukar baju. Apa yang 

penting ialah kita kena perjelaskan pada diri kita 

supaya setiap kali kita jatuh cinta, jatuh cinta 

itu kerana kita jatuh cinta kepada Pencipta dia. 

Kita bagi tau pada diri kita berulang kali yang 

kita mencintai Allah, kerana itu kita mencintai si 

dia. Letakkan Allah sebagai sempadan hati kita, 

segala perkara yang kita cintai dan sayangi 

termasuk mak abah adalah kerana mencintai Allah.. 

Dan apabila kita membenci seseorang atau sesuatu, 

beri tahu pada diri sendiri berulangkali yang kita 

benci sekian-sekian hal kerana Allah semata-mata

."


"Abang.. Hati kita ni walaupun dalam dada kita 

sendiri, ia tetap bukan milik kita. Kita tak mampu 

untuk mengawalnya. . Hanya Allah yang boleh 

memegangnya. . Sebab tu kita kena dekatkan diri 

dengan Allah.. Sebab kita nak dia pegang kukuh-

kukuh hati kita. Bila dia pelihara dan masuk dalam 

hati kita, itulah nikmat lazatnnya bercinta. Masa 

tu biarpun satu dunia menyakiti kita, kita tak rasa 

sakit sebab kita asyik dengan nikmat bercinta 

dengan Allah..Bercinta dengan Allah sangat berbeza 

dari bercinta dengan manusia. Kerana tentulah 

pegalaman bercinta dengan lelaki kaya,rupawan, 

sempurna dan bijaksana tak sama rasanya bercinta 

dengan lelaki miskin, hodoh,cacat dan dungu.. 

Betapa nikmatnya cinta Allah, hanya mereka yang 

pernah merasai sahaja yang mampu mengerti. "


Redha


"Abang.. Walau siapa pun jodoh yang Allah hantarkan 

untuk Abang, terimalah dengan hati yang redha.. Tak 

mustahil dia adalah orang yang kita benci. Kalau 

yang Abang sayang, tak pa lah.. Tapi kalau 

dapat yang abang tak nak, lantaran kelemahan yang 

ada pada dia, ingatlah bahawa dalam diri setiap 

insan telah Allah ciptakan dengan kelebihan masing

-masing. Dan mungkin abang ada kekuatan yang dapat 

mengubah si perempuan tadi supaya hidup dia bermakna 

dan mungkin abang sahaja yang mampu mencungkil 

kelebihan yang ada pada dia.. Mungkin juga si 

perempuan ini ada sesuatu kelebihan yang abang sangat-sangat perlukan yang satu dunia tak mampu bagi pada abang..

Alangkah bertuahnya abang kalau abang mengerti setiap pemberian Allah dan belajar untuk bersyukur.. "

Sekali lagi berjuraian air mata saya turun. Terasa lemah lutut hendak berdiri. Emak menarik tubuh saya dan memeluk erat. Pelukan emak sangat-sangat kuat.

"Emak dah didik anak emak dari belum lahir untuk mencintai Allah.. Sekarang emak serahkan anak emak yang mak sayang sangat ni pada Allah untuk Dia pelihara.."

Emak mengakhiri kata-katanya dengan suara sebak dan air mata yang mengalir ke bahu saya...
emak tamatkan critanya tadi smbil tersenyum padaku....

Khamis, 31 Mac 2011

Bermula............................


Kisah Si Gadis Miskin



Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.
Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.
Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.
Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.
Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.
Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.
Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.
Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.
Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.
Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.
Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?

Isnin, 28 Mac 2011

Malaikat Pelindung Ku

Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka, ia bertanya kepada Tuhan, "Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tidak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku di sana?"
Tuhanpun menjawab, "Di antara semua malaikatKu, Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu." Si kecil bertanya lagi, "Tapi, di sini, di Surga ini, aku tidak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia." Tuhan berkata, "Tidak apa-apa, malaikatmu itu akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia."

Namun si kecil bertanya lagi, "Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tidak tahu bahasa yang mereka pakai?" Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu itu, akan membisikkan kepadamu kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar dan ada di sampingmu. Dngan kasihnya dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia." Si kecil bertanya lagi, "Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padaMu, ya Tuhan?" Jawab Tuhan, "Malaikatmu itu akan membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa."

Lagi-lagi si kecil menyelidik, "Namun, aku mendengar, di sana ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?" "Tenang, malaikatmu akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu." Namun si kecil ini malah sedih, "Ya Tuhan, tentu aku akan sedih sekali jika tidak melihatMu lagi..." Tuhan menjawab, "Malaikatmu akan selalu mengajarkanmu keagunganKu, dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat padaKu. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingatKu. Walau begitu, Aku akan selalu ada di sisimu."

Hening. Kedamaian tetap menerpa Surga. Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. "Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang. Tolong sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku..." Tuhan pun kembali menjawab, "Nama malaikatmu tidak begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu..."

Kisah Di Negeri Orang

Suasana didalam bilik bersalin begitu sunyi sekali. Yang kedengaran hanyalah suara rintihan Rohani menahan kesakitan hendak melahirkan. "Subhanallah....sakitnya...isk...isk...isk...isk... aduuh....Bang sakit nya tak tahan saya" keluh Rohani pada suaminya Zamri yang ketika itu ada disisinya. "Apalah awak ni....susah sangat nak bersalin. Sudah berjam-jam tapi masih tak keluar- keluar juga budak tu. Dah penat saya menunggu. Ni... mesti ada sesuatu yang tak elok yang awak sudah buat , itulah sebabnya lambat sangat nak keluar budak tu, banyak dosa agaknya." rungut Zamri kepada isterinya, Rohani pula.

Sebak hati Rohani mendengar rungutan suaminya itu, tetapi dia tidak menghiraukannya, sebaliknya, Rohani hanya mendiamkan diri sahaja dan menahan kesakitannya yang hendak melahirkan itu. Rohani tahu sudah hampir 3 jam dia berada dalam bilik bersalin itu tetapi bayinya tidak juga mahu keluar. Itu kehendak Allah Taala, Rohani tidak mampu berbuat apa apa, hanya kepada Allahlah dia berserah.

Sejak Rohani mengandung ada sahaja yang tidak kena dihati Zamri terhadapnya. Zamri seolah olah menaruh perasaan benci terhadap Rohani dan anak yang dikandungnya itu.

Jururawat yang bertugas datang memeriksa kandungan Rohani dan kemudian bergegas memanggil Doktor Syamsul iaitu Doktor Peribadi Rohani. Doktor Syamsul segera datang dan bergegas menyediakan keperluan menyambut kelahiran bayi Rohani itu. Rohani hanya mendiamkan diri menahan kesakitan dan kelihatan air matanya meleleh panas dipipi gebunya itu. Rohani menangis bukan kerana takut atau sakit tetapi kerana terkenang akan rungutan Zamri tadi.

Saat melahirkan pun tiba. Doktor Syamsul menyuruh Rohani meneran ..."Come on Ani. You can do it...one more...one more Ani." Kata kata peransang Doktor Syamsul itulah yang membuatkan Rohani begitu bertenaga dan dengan sekali teran sahaja kepala bayinya itu sudah pun keluar...?Alhamdulillah,? bisik Rohani apabila dia melihat sahaja bayinya yang selamat dilahirkan itu.

Tiba-tiba Rohani terasa sakit sekali lagi dan dia terus meneran untuk kali keduanya, sejurus itu juga keluar seorang lagi bayi, kembar rupanya. "Tahniah Rohani, You got twin, boy and girl, putih macam You juga." Begitulah kata kata pujian dari Doktor Syamsul. "Tahniah Zamri, it's a twin" Doktor Syamsul mengucapkan tahniah kepada Zamri pula. Zamri hanya mendiamkan diri sahaja setelah menyaksikan kelahiran anak pertamanya itu, kembar pula . Doktor Syamsul memang sengaja menyuruh Zamri melihat bagaimana keadaan kelahiran anak anaknya itu.

Rohani sudah mula merancang akan nama untuk anak anaknya itu. Yang lelaki akan diberi nama Mohammad Fikri dan yang perempuan akan diberi nama Farhana. Rohani merasa begitu lega sekali setelah melahirkan kembarnya itu, tetapi sesekali bila dia teringat kata kata Zamri sebelum dia melahirkan hatinya menjadi begitu sebak dan sedih sekali.

Sebenarnya memang terlalu banyak kata-kata Zamri yang membuat Rohani berasa jauh hati sekali. Terutamanya sepanjang dia mengandung. Tetapi Rohani hanya bersabar, kerana dia tahu kalau dia mengadu pada emaknya tentu dia akan dimarahi semula. Jadi dia hanya mendiamkan diri dan memendam rasa sahaja.

Kedua dua anaknya, Mohammad Fikri dan Farhana telah diletakkan dibawah jagaan Nursery di Hospital Universiti Singapura (NUH) untuk memberi peluang Rohani berehat sebentar, kemudian nanti dapatlah dia menyusukan kedua kembar yang comel itu.

Tiba tiba fikiran Rohani menerbang kembali kedetik detik semasa dia mengandung dahulu. Zamri memang selalu memarahinya, ada sahaja perkara yang tidak kena. Macam macam kata kata nista yang dilemparkan kearah Rohani. Ada sahaja tuduhan yang tidak masuk akal, semuanya dihamburkan pada Rohani seolah olah melepaskan geram. Tidak sanggup rasanya Rohani menghadapi itu semua tetapi demi kestabilan kandungannya, Rohani kuatkan juga semangat dan pendiriannya.

Yang paling menyedihkan sekali ialah sewaktu Rohani mula mula disahkan mengandung. Zamri tidak percaya yang Rohani mengandung anaknya, dua kali dia membuat pemeriksaan Antenatal untuk mengesahkan kandungan isterinya itu. Keraguan timbul didalam hati Zamri tentang anak dalam kandungan Rohani itu. Zamri tidak boleh menerima kenyataan yang Rohani akan mengandung sebegitu awal sekali sedangkan mereka berkahwin baru 3 bulan. Kandungan Rohani sudah masuk 2 bulan... bermakna Rohani cuma kosong selama sebulan sahaja selepas mereka berkahwin. Bagi Rohani pula itu perkara biasa sahaja yang mungkin turut dilalui oleh pasangan lain juga.

Setelah membuat pemeriksaan Doktor, Rohani pulang kerumahnya dalam keadaan sedih. Pada mulanya Rohani berasa sangat gembira bila dia disahkan mengandung tetapi sebaliknya bila Zamri tidak mahu menerima anak dalam kandungannya itu, perasaannya terus berubah menjadi duka pula. Zamri menuduh yang Rohani berlaku curang, dan anak dalam kandungannya itu adalah hasil dari kecurangan Rohani sendiri. Hati isteri mana yang tidak remuk. Hati isteri mana yang tidak kecewa apabila dituduh sebegitu rupa oleh suaminya sendiri. Rohani pasrah......

Pernah suatu ketika Rohani bertengkar dengan suaminya. "Kenapa abang berlainan sekarang ni, tak macam dulu, pelembut, suka berjenaka, ini tidak asyik nak cari kesalahan Ani sahaja. Mengapa bang?" Rohani bertanya kepada Zamri .

"Kaulah penyebab segalanya. Tak payahlah nak tunjuk baik." Tempelak Zamri. Entah jantan mana yang kau dah layan kat opis kau tu." sergah Zamri lagi.

"Abang syak Ani buat hubungan dengan lelaki lain ke? Subhanallah??.Kenapa Abang syak yang bukan-bukan ni, Anikan isteri Abang yang sah, tak kanlah Ani nak buat jahat dengan orang lain pulak, Bang"? sangkal Rohani pula. "Allah dah beri kita rezeki awal, tak baik cakap macam tu. Itu semua kehendak Allah." Rohani menghampiri sambil memeluk badan suaminya tetapi Zamri meleraikan pelukannya dengan kasar sekali sehingga tersungkur Rohani dibuatnya. Serentak itu juga Rohani menangis . Zamri langsung tidak mengendahkannya. Deraian airmata Rohani semakin laju. Rohani hanya mampu menangis sahaja. Amat pedih sekali Rohani rasakan untuk menahan semua tohmahan dari Zamri, suaminya yang sah.

"Woi, benda-benda tu boleh terjadilah Ani. Kawan baik dengan bini sendiri, suami sendiri, bapak dengan anak, hah! emak dengan menantu pun boleh terjadi tau, apatah lagi macam kau ni, tau tak. Dulu tu kawan lama kau yang satu opis dengan kau tu, Amran, bukan main baik lagi budak tu dengan kau." Bentak Zamri lagi. Tanpa disangka sangka rupanya Zamri menaruh cemburu terhadap isterinya.

"Entah-entah keturunan kau, darah daging kau pun tak senonoh ....heee teruk. Nasib aku lah dapat bini macam engkau ni." kutuk Zamri lagi pada Rohani. "Bawa mengucap Bang, jangan tuduh Ani yang bukan-bukan. Ani bukan perempuan yang tak tentu arah. Walaupun Ani hanya anak angkat dalam keluarga ni, Ani bukan jenis macam tu, Ani tau akan halal haram, hukum hakam agama.

?Memang Ani tak pernah tau asal usul keluarga kandung Ani, tapi Ani bersyukur dan berterima kasih pada emak angkat Ani kerana menjaga Ani sejak dari kecil lagi. Ani dianggapnya seperti darah daging sendiri.? Rohani mula membangkang kata kata nista suaminya itu. "Abang jangan cuba nak menghina keluarga kandung Ani kerana walaupun mereka tidak membesarkan Ani tetapi disebabkan merekalah, Ani lahir kedunia ini.? Tambah Rohani lagi dengan sebak didada.

Semenjak peristiwa pertengkaran itulah, setiap hari Rohani terpaksa pergi ke tempat kerja Zamri apabila habis waktu bekerjanya. Sementara menunggu Zamri pulang Rohani berehat di Surau tempat Zamri bekerja. Zamri bekerja sebagai seorang salesman handphone di salah sebuah Pusat membeli belah dan kerjanya mengikut shif. Kalau Zamri bekerja shif malam terpaksalah Rohani menunggu Zamri sampai tengah malam. Begitulah keadaannya sehingga apabila perutnya semakin membesar pun Zamri masih memaksanya. Terpaksalah Rohani berbohong kepada emak dan keluarganya yang lain dengan mengatakan yang dia buat kerja overtime semata mata untuk mengelakkan pertengkaran dan tuduhan serta kata nista suaminya itu.

Dengan keadaan perut semakin membesar Rohani masih gagahkan juga dirinya pergi bekerja. Kadangkala apabila Zamri tidak menjemput Rohani ditempat kerja terpaksalah Rohani berasak asak menaiki bas untuk pulang . Begitulah keadaan Rohani sehinggalah hampir pada waktu bersalinnya. Pernah sekali Rohani minta dijemput kerana dia sudah larat benar tetapi sebaliknya Zamri membalasnya dengan kata kata kesat kepadanya, perempuan tak tau berdikarilah, berlagak senang lah, lagak kaya lah, perempuan tak sedar diri lah, tak layak jadi isterilah, menyusahkan dan macam macam lagi kata kata nista dilemparkan kepadanya.

Suatu hari Zamri dalam keadaan marah telah menarik rambut Rohani dan menghantukkan kepala Rohani ke dinding...Rohani hanya mampu menangis dan menanggung kesakitan. Ini semua gara-gara Rohani hendak pergi ke rumah Mak Saudaranya yang ingin mengahwinkan anaknya di Tampines. Emak Rohani sudah seminggu pergi kesana untuk menolong Mak Saudaranya itu. Hari sudah semakin petang jadi Rohani mendesak agar bertolak cepat sikit, lagipun langit sudah menunjukkan tanda tanda hendak hujan. "Hari dah nak hujan, Bang. Elok rasanya kalau kita pergi awal sikit bolehlah tolong apa yang patut.? Pinta Rohani.

Tanpa disangka sangka kata kata Rohani itu membuatkan Zamri marah dan dengan dengan tiba-tiba sahaja Zamri bangun. Dengan muka bengisnya, Zamri memandang Rohani. "Kau tahu aku penatkan, tak boleh tunggu ke, aku punya sukalah nak pergi malam ke, siang ke, tak pergi lansung ke." marah Zamri. Rohani menjawab,"Itu Ani tau, Abang kan dah berehat dari pagi tadi takkan masih penat lagi. Sepantas kilat Zamri datang kepada Rohani dan direntapnya rambut Rohani lalu di hantukkan kepala Rohani kedinding. Rohani tidak berdaya untuk menghalangnya. Ya Allah! Sungguh tergamak Zamri berbuat demikian...terasa kebas kepala Rohani dan dirasakannya mula membengkak. Pening kepala Rohani dibuatnya.

"Ya Allah, berilah aku kekuatan untuk menerima semua ini. Kau lindungilah aku dan kandunganku ini dari segala bahaya dan azab sengsara, Ya Allah.? Doa Rohani dalam hatinya dengan penuh keluhuran. Rohani memencilkan dirinya disudut dinding dan menangis sepuas puasnya.... "Bang, Ani minta maaf jika kata kata Ani tadi membuatkan Abang marah." Rohani memohon maaf kepada suaminya sambil tersedu sedu.

Hari itu seperti biasa Zamri ketempat kerjanya. Tiba tiba handphonenya berbunyi. Kedengaran suara Doktor Syamsul menyuruhnya datang segera ke hospital, kerana ada sesuatu yang berlaku terhadap Rohani.

Setibanya di hospital sahaja,"Zamri, kami sudah cuba untuk menyelamatkan Rohani tapi kuasa Allah melebihi segalanya, Rohani mengalami pendarahan otak yang serius, sebelum ini pernah tak Rohani jatuh atau... kepalanya terhantuk kuat pada sesuatu kerana sebelah kanan kepalanya kelihatan bengkak dan ada tanda lebam. Mungkin kesan dah lama ? Doktor Syamsul bertanya agak serius. Dia inginkan penjelasan sebenar dari Zamri. Zamri hanya mendiamkan diri.

Serentak itu juga Zamri teringat yang dia pernah menarik rambut Rohani dan menghantukkan kepala Rohani kedinding sekuat kuatnya...dan selepas kejadian itu Zakri tidak pernah sekali pun membawa Rohani ke Klinik untuk membuat pemeriksaan kepalanya. Rohani sering mengadu sakit kepala yang teruk ...namun Zamri tidak pernah mengendahkan kesakitan Rohani itu, malah baginya Rohani hanya mengada-ngadakan cerita ......saja buat buat sakit untuk minta simpati...

Sambil menekap mukanya dengan tangan Zamri menyesal...."YA ALLAH apa yang aku dah buat ni."

Doktor Syamsul menjelaskan lagi,"Doktor Zain yang merawat Rohani kerana Rohani mengadu sakit kepala yang amat sangat sewaktu dia memberi susu pada kembarnya di Nursery. Jadi Doktor Zain telah membawa Rohani ke Lab untuk membuat scanning di kepalanya dan confirm otaknya ada darah beku tapi malangnya ia sudah ditahap yang kritikal dan kami tak mampu melakukan apa-apa kerana Rohani tidak mahu di operation sebelum meminta izin dari awak Zamri.?

?Hanya satu permintaan terakhir arwahnya, dia minta awak membaca diarinya ini. I'm really sorry Zakri. Allah lebih menyayanginya.? kata Doktor Syamsul lagi lalu menyerahkan sebuah diari yang berbalut kemas dengan kain lampin bayi yang masih baru kepada Zamri.

Zamri mengambil diari tersebut. Satu lembaran kesatu lembaran dibukanya. Setiap lembaran tertulis rapi tulisan tangan Rohani mencoretkan peristiwa yang berlaku padanya setiap hari. Begitu tekun sekali Zamri membacanya dan ternyata banyak sekali keluhan, kesakitan & segala luahan rasa Rohani semuanya tertera didalam diari tersebut. Dan Zamri dapati setiap peristiwa itu semuanya adalah perlakuan buruk Zamri terhadap Rohani...

"Ya Allah, kenapa aku buat isteriku begini." keluh hati kecil Zamri penuh penyesalan selepas membaca setiap lembaran diari itu. Dan apabila tiba ke muka surat terakhir, tiba tiba Zamri terpandang bunga ros merah yang telah kering...membuat Zakri tertarik untuk membacanya...

Untuk suamiku yang tersayang, Zamri.

"SELAMAT HARI ULANG TAHUN PERKAHWINAN KITA YANG PERTAMA PADA HARI INI."Dengan air mata yang mula bergenang Zamri memulakan bacaannya....

Assalamualaikum.

Abang...

Ingat tak bunga Ros merah ni, Abang berikan pada Ani pada pertemuan pertama kita dulu. Sudah lama Ani simpan bunga tu Bang...

Bunga inilah lambang kasih sayang Ani pada Abang selama ini. Ia tidak pernah berubah pun walau telah kering.....Ani teramat menyayangi Abang. Ani sentiasa menyimpan setiap hadiah yang Abang berikan pada Ani. Abang tak pernah tahu kan... Itulah salah satu buktinya betapa sayangnya Ani pada Abang..

Terlebih dahulu Ani teringin sangat nak dengar Abang panggil Ani ?AYANG? seperti kita baru baru kahwin dulu...Abang panggil Ani ?AYANG?...terasa diri Ani dimanja bila Abang panggil macam tu...walaupun Ani cuma dapat merasa panggilan ?AYANG? itu seketika sahaja. Abang sudah banyak berubah sekarang. Perkataan ?AYANG? telah hilang dan tidak kedengaran untuk Ani lagi. Kenapa? Benci sangatkah Abang pada Ani? Ani telah melakukan kesalahan yang menyinggung perasaan Abang ke?

Abang...

Tulisan ini khas Ani tujukan untuk Abang. Bacalah semoga Abang tahu betapa mendalamnya kasihsayang Ani pada Abang. Abang tentu ingatkan hari ini merupakan hari ulangtahun perkahwinan kita yang pertama dan sebagai hadiahnya Ani berikan Abang.......Mohammad Fikri dan Farhana.

Buat diri Ani, Ani tak perlukan apa apa pun dari Abang cukuplah dengan kasih sayang Abang pada Ani. Ani akan pergi mencari ketenangan dan kedamaian untuk diri Ani. Ani pergi untuk menemuiNya. Ani reda Bang....

Harapan Ani, Abang jagalah kedua kembar kita tu dengan baik dan jangan sekali-kali sakiti mereka. Mereka tidak tahu apa-apa. Itulah hadiah paling berharga dari diri Ani dan mereka adalah darah daging Abang. Janganlah seksa mereka. Abang boleh seksa Ani tapi bukan mereka. Sayangilah mereka...

Dan yang terakhir sekali, Ani ingin mengatakan bahawa dalam hidup ini, Ani belum pernah mengadakan apa apa hubungan dengan sesiapa pun melainkan Abang sahaja di hati Ani. Jiwa dan raga Ani hanya untuk Abang seorang.

Ribuan terima kasih Ani ucapkan kerana Abang sudi mengahwini Ani walaupun Ani cuma menumpang kasih didalam sebuah keluarga yang menjaga Ani dari kecil hinggalah Ani bertemu dengan Abang dan berkahwin.

Ani harap Abang tidak akan mensia siakan kembar kita tu dan Ani tidak mahu mereka mengikut jejak kehidupan Ani yang malang ini dan hanya menumpang kasih dari sebuah keluarga yang bukan dari darah daging sendiri...tapi Ani tetap bersyukur kerana dapat mengecapi kasih sayang sepenuhnya dari keluarga angkat Ani. Ani harap sangat Abang akan sentiasa memberitahu pada kembar kita yang Ani ibunya, akan sentiasa bersama disamping mereka berdua, walaupun Ani tidak berkesempatan membelai mereka dan cuma seketika sahaja dapat mengenyangkan mereka dengan air susu Ani.

Berjanjilah pada Ani, Bang! dan ingatlah Fikri dan Farhana adalah darah daging abang sendiri...

Ampunkan Ani dan halalkan segala makan minum Ani selama setahun kita hidup bersama.

Sekiranya Abang masih tidak sudi untuk menerima kehadiran Fikri dan Farhana dalam hidup Abang, berilah mereka pada emak Ani supaya emak dapat menjaga kembar kita itu. Tentang segala perbelanjaannya, janganlah Abang risau kerana Ani sudah pun masukkan nama emak dalam CPF Ani. Biarlah emak yang menjaga kembar kita itu, sekurang-kurang terubat juga rindu emak sekeluarga pada Ani nanti bila memandang kembar kita. Comel anak kita kan Bang!Mohammad Fikri mengikut raut muka Abang...sejuk kata orang dan Ani yakin mesti Farhana akan mengikut iras raut wajah Ani...Ibunya...sejuk perut Ani mengandungkan mereka.

Inilah satu satunya harta peninggalan yang tidak ternilai dari Ani untuk Abang. Semoga Abang masih sudi menyayangi dan mengingati Ani walaupun Ani sudah tiada lagi disisi Abang dan kembar kita.

Salam sayang terakhir dari Ani Untuk Abang dan semua.

Doakanlah Kesejahteraan Ani.

Ikhlas dari isterimu yang malang,

Rohani

Sehabis membaca diari tersebut, Zamri meraung menangis sekuat kuat hatinya. Dia menyesal.......menyesal.......

"Sabarlah Zamri, Allah maha berkuasa. Kuatkan semangat kau, kau masih ada Fikri dan Farhana." pujuk Zul, kawan baiknya. Zamri hanya tunduk membisu.

Ya Allah...

Ani, maafkan Abang. Tubuh Zamri menjadi longlai dan diari ditangannya terlepas, tiba tiba sekeping gambar dihari pernikahan antara Zamri dan Rohani terjatuh dikakinya lalu segera Zamri mengambilnya.

Belakang gambar itu tertulis "SAAT PALING BAHAGIA DALAM HIDUPKU DAN KELUARGA. SEMOGA KEGEMBIRAAN DAN KEBAHAGIAAN INI AKAN SENTIASA MENYELUBUNGIKU HINGGA KEAKHIR HAYATKU.?

Zamri terjelepuk dilantai dengan berjuta penyesalan merangkumi seluruh tubuhnya. Dia seolah olah menjadi seperti orang yang hilang akal. Satu demi satu setiap perlakuan buruknya terhadap Rohani seperti terakam dalam kepala otaknya...setiap perbuatannya...seperti wayang jelas terpampang...kenapalah sampai begini jadinya...kejamnya aku...Ani, maafkan Abang?.maafkan Abang?. Abang menyesal??.

Sewaktu jenazah Rohani tiba dirumah suasananya amat memilukan sekali. Zamri sudah tidak berdaya lagi untuk melihat keluarga isterinya yang begitu sedih sekali diatas pemergian anak mereka. Walaubagaimanapun emak Ani kelihatan begitu tabah dan redha. Kedua dua kembar Zamri sentiasa berada didalam pangkuan nenek mereka.

Untuk kali terakhirnya, Zamri melihat muka Rohani yang kelihatan begitu tenang, bersih dan Zamri terus mengucup dahi Rohani. "Rohani, Abang minta ampun dan maaf." bisik Zamri perlahan pada telinga Rohani sambil menangis dengan berjuta penyesalan menimpa nimpa dirinya. Apabila Zamri meletakkan kembar disisi ibunya mereka diam dari tangisan dan tangan dari bedungan terkeluar seolah-olah mengusapi pipi ibu mereka buat kali terakhir dan terlihat oleh Zamri ada titisan airmata bergenang di tepi mata Rohani. Airmata itu meleleh perlahan-lahan bila kembar itu diangkat oleh Zamri.

Kembarnya menangis semula setelah diangkat oleh Zamri dan diberikan kepada neneknya. Jenazah Rohani dibawa ke pusara. Ramai saudara mara Rohani dan Zamri mengiringi jenazah, termasuklah kedua kembar mereka. Mungkin kedua kembar itu tidak tahu apa-apa tetapi biarlah mereka mengiringi pemergian Ani, Ibu mereka yang melahirkan mereka. Amat sedih sekali ketika itu. Zamri tidak mampu berkata apa-apa melainkan menangisi pemergian Rohani yang selama ini hidup merana atas perbuatannya.

Dan akhirnya Jenazah Rohani pun selamat dikebumikan. Satu persatu saudara mara meninggalkan kawasan pusara, tinggallah Zamri keseorangan di pusara Rohani yang masih merah tanahnya...meratapi pilu pemergian isterinya itu, berderai airmata Zamri dengan berjuta juta penyesalan ...

Sambil menadah tangannya, Zamri memohon pengampunan dari yang Maha Esa...

Ya Allah?.

Kuatkan semangat hambamu ini . Hanya Kau sahaja yang mengetahui segala dosa aku pada Rohani....ampunkan aku Ya Allah....

Dalam tangisan penyesalan itu, akhirnya Zamri terlelap disisi pusara Rohani. Sempat juga dia bermimpi, Rohani datang menghampirinya, mencium tangan, mengucup dahi dan memeluk tubuhnya dengan lembut mulus.

Zamri melihat Rohani tenang dan jelas kegembiraan terpancar dimuka Rohani yang putih bersih itu. Ani..., Ani..., Ani..., nak kemana Aniiiiiii. Zamri terjaga dari lenanya. Terngiang-ngiang suara kembarnya menangis. Emak dan keluarga mertuanya itu datang mendekati Zamri. Mereka semua menyabarkannya.....
Semoga Allah mencucuri rahmat keatas Rohani......

Ayahku Seorg Penjual Jalanan

"Bakpao..Onde-onde...nagasari..." kata-kata itulah yang selalu diteriakkan oleh ayahku, sambil membawa barang dagangan di atas kepalanya. Dan sering,kata-kata itu menjadi bahan tertawaan teman-teman satu SMA ku. Dulu,ketika ibuku masih ada, ayahku adalah seorang karyawan sebuah perusahaan besar dan ibuku berjualan jajanan pasar yang setiap pagi selalu berkeliling kampung untuk menjajakannya. Tapi, sejak aku lulus SMP, semua itu berubah. Ibuku meninggal karena penyakit jantung yang beliau derita selama ini, dan ayahku memilih keluar dari perusahaannya. Hal ini dilakukan ayahku, karena beliau ingin melihat aku bertumbuh menjadi anak yang baik dan tidak terjerumus ke pergaulan yang tidak-tidak, maklum, aku anak tunggal. Ayahku memilih melanjutkan usaha ibuku untuk mencari uang demi makan sehari-hari.

Kami dari keluarga yang sederhana, dulu, setiap kebutuhan ataupun uang sekolah tak pernah terlambat terbayarkan. Dan sejak ayahku menjadi seorang penjual makanan, uang sekolahku pun kadang terlambat terbayarkan dan uang saku yang dulu biasa aku terima, tak ada lagi, semua digantikan dengan makanan buatan ayahku. Makanan buatan ayahku ini nggak kalah dengan buatan mendiang ibuku, dalam pikiranku,pasti banyak langganannya. Kembali ke aktifitas sekolahku, ternyata tak hanya teman-temanku yang mengejek atau apalah, dengan keadaan ayahku, penjual makanan keliling. Terkadang guru-guru yang mengajar juga ikutan seperti ayahku, terutama guru-guru laki-laki yang iseng. Meski hanya bisa tersenyum kecut, tapi ada rasa malu dalam hatiku ini,kenapa ayahku seperti itu, kenapa dia keluar dari perusahaanya.

Setiap hari aku diejek seperti itu,setiap hari pula aku rasanya sakit mendengarnya. Tapi, hari ini terasa beda....seseorang sudah membuka hatiku untuk menerima ayahku dan harus bangga pada beliau. Satu kali, guru geografi ku, mulai iseng dengan menirukan suara dan gaya ayahku berjalan menjajakan makanan. Memang ayahku agak genit juga kalau berjalan....dan mulailah tertawa satu kelas.

"Guru macam apa anda itu pak!"kata salah satu teman kelasku, namanya Adrian
Semua kelas seketika diam, dan guru tersebut melihat Adrian dengan wajah marah.

"Anda di sini sebagai guru, yang harusnya menjadi teladan dan ditiru murid-murid anda. Kalau anda bertingkah seperti ini,apa bedanya anda dengan murid anda? anda harusnya lebih bisa menghormati pekerjaan dari orang tua murid anda"kata Adrian tegas

Bukannya sadar, sang guru malah marah dan mengusir Adrian keluar dari kelas. Seketika itu juga Adrian keluar dan suasana kelas menjadi sepi. Ada rasa kelegaan di hatiku dengan kata-kata Adrian, tapi ada juga rasa tak lega. Saat ayahku di hina seperti itu, kenapa bukan aku yang membelanya, tetapi orang lain. Dan sejak melihat keberanian Adrian itu, aku jadi tergerak untuk mebela ayahku sendiri. Ayahku memang seorang penjual makanan keliling, tapi itu semua beliau lakukan demi aku...bukan untuk yang lain....Dan sampai kapanpun, dia adalah Ayahku...^^..love you dad...